30 Maret 2010

Akom, Inspirasi Petani Otodidak


Hasil panen gabah 12 ton-18 ton per hektar bagi Akom Kartim (45) awalnya terdengar mustahil.
Bertahun-tahun menekuni profesi petani padi, produksinya mentok 6 ton per hektar. Namun, rasa penasarannya terjawab setelah mencoba pola budidaya system of rice intensification atau SRI.
 Sejak pertama kali menguji coba SRI, pada musim gadu tahun 2006, Akom langsung mendapat ”jawaban”. Ganjalan hatinya sedikit bergeser ketika mendapati hasil panen yang tak terduga jumlahnya. Dari lahan uji coba seluas 1.000 meter persegi, Akom memanen 1,2 ton gabah kering panen (GKP). Itu berarti 12 ton per hektar! Jauh di atas pencapaian sebelumnya yang berkisar 5 ton-6 ton per hektar. 

Pada musim kedua, dia menetapkan hati untuk menanami seluruh sawahnya seluas 0,5 hektar di Desa Cariumulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, dengan pola SRI. Hasil uji coba itu mempertegas keyakinannya yang masih samar ketika itu, bahwa panen di atas 10 ton per hektar bukan isapan jempol. Namun dia percaya, dengan doa dan usaha sungguh-sungguh, tidak ada yang tidak mungkin terjadi.
Dengan asumsi hasil 1,2 ton per 1.000 meter persegi, Akom membayangkan hasil panen dari sawahnya mencapai 6 ton pada musim kedua. Namun, kenyataannya lain. Hasil panen kedua dengan pola SRI hanya 3,75 ton atau 62,5 persen dari perkiraan Akom.
”Rupanya, tidak gampang berharap pada lahan yang telah lama ’sakit’ akibat pemakaian pupuk kimia bertahun-tahun. Tanah butuh perlakuan khusus agar pulih lagi,” kenangnya menyimpulkan hasil panen kedua.
Hasil 3,75 ton menjadi prestasi tersendiri bagi Akom. Hasil itu setidaknya lebih tinggi dari pencapaian sebelumnya sebesar 2,5 ton-3 ton. Akom pun terus mengasah kemampuannya untuk memacu produksi. Dia memanfaatkan penyuluh pertanian untuk bertanya, atau minimal menitipkan pertanyaan untuk disampaikan ke ahli, serta meminjam buku tentang pertanian.

Teladan
Pada musim tanam ketiga dengan pola SRI, Akom mendapat ”pengikut”. Mereka tak lain adalah petani tetangganya sendiri di Kampung Kedunggalih, Desa Cariumulya, yang menilai Akom sukses menerapkan SRI. Mereka tertarik mencoba sekaligus berharap hasil panennya meningkat dengan menerapkan cara-cara Akom.
Akom yang terus memperkaya diri dengan ilmu baru rupanya menjadi inspirasi. Padinya yang tampak lebih subur, lebih tinggi, serta memiliki rumpun dan malai lebih banyak membuat hati petani-petani sekitarnya kepincut. Mereka pun menimba ilmu dari Akom.

Hasilnya, sedikit demi sedikit, petani yang menerapkan SRI bertambah. Sawah yang digarap pun meluas menjadi 10 hektar, 20 hektar, 22 hektar, dan terakhir 30 hektar pada musim tanam rendeng 2009/2010 ini. Dari Akom yang seorang diri pada tahun 2006, kini ada 36 petani SRI di Kampung Kedunggalih.
Menurut Akom, pola budidaya SRI berdasarkan buku yang ia baca memiliki beberapa aturan. Ada tiga aturan yang menurut dia pokok, yakni menggunakan sedikit air, menanam bibit muda (umur 7-12 hari atau lebih muda daripada sistem biasa yang berusia 25-28 hari), tidak terlalu dalam menancapkan bibit ke tanah (sekitar 1 sentimeter), serta satu batang bibit untuk satu titik tanam (biasanya lebih dari satu). Semua itu memengaruhi pertumbuhan, perbanyakan rumpun, serta pengisian bulir padi.

Akom melengkapi pola SRI dengan sistem organik. Namun, dia tidak frontal dengan serta- merta meninggalkan pupuk kimia. Khawatir hasil panennya anjlok, Akom mengurangi dosis urea serta NPK dan mencampurnya dengan kompos. Kini petani Cariumulya umumnya menggunakan 1,5 kuintal campuran pupuk urea dan NPK per hektar, lebih kecil dibandingkan dengan sebelumnya yang mencapai 3 kuintal-4,5 kuintal per hektar, serta pupuk kandang dan kompos dari sisa tumbuhan.
Sadar bahwa jumlah ternak yang dapat dimanfaatkan kotorannya terbatas, Akom membentuk Kelompok Tani ”Dewi Sri”, juga berkonsultasi dan bermitra dengan petani-peternak lain. Kini ada sekitar 40 anggota aktif yang rutin berkumpul di ”markas besar” di belakang rumah Akom.
Mereka bertukar informasi di mana bisa mendapatkan kotoran ternak, jerami, dan bahan baku kompos lain di luar kampung. Sesama anggota kelompok juga berbagi mikroorganisme pengurai untuk membantu pembusukan bahan kompos, atau bertukar pendapat dan pengetahuan tentang aneka hal.

Atas keberhasilan itu, Akom diganjar pemerintah pusat dengan predikat Petani Teladan tahun 2009. Bersama dengan 32 petani lain dari seluruh Indonesia, Akom berkesempatan bersalaman dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan menerima sertifikat penghargaan di Istana Presiden, Jakarta, Agustus tahun lalu.
Kini Akom tidak hanya ditodong untuk ”berdakwah” soal SRI oleh anggotanya sendiri, tetapi juga oleh petani dari kecamatan lain, kabupaten lain, juga petugas penyuluh pertanian dan staf dinas pertanian.

Buku pinjaman
Akom tidak pernah menduga usahanya meminjam buku SRI ke seorang Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Kecamatan Telagasari tahun 2006 akan berakhir seperti sekarang. Niat awalnya sebenarnya hanya ingin memupus rasa penasaran soal hasil panen yang tinggi.
”Di buku itu tertulis bahwa usaha SRI di Thailand bisa menghasilkan 14 ton per hektar, di Taiwan 18 ton per hektar, dan beberapa negara Asia lain hingga 12 ton per hektar. Awalnya seperti tidak mungkin, saya penasaran dan mencobanya, ternyata bisa meski belum optimal,” ujarnya.
Buku itu kemudian menjadi ”kitab” yang sering dia bolak-balik saat menemukan masalah di lapangan. Ibarat obat yang mujarab, buku itu lantas menjadi rebutan. Beberapa petani meminjamnya secara bergantian
Tidak hanya pada tanaman padi, Akom juga mengaplikasikan sistem organik pada komoditas lain yang dia tanam, seperti jambu biji, pisang, kacang panjang, dan labu. Komoditas nonpadi ini menjadi sumber penghasilan tambahan di luar padi yang rutin dia tanam dua kali setahun.

Akom memang tidak pernah berhenti mengeksplorasi ide. Dari hasil utak-atiknya, dia menciptakan teknologi tepat guna, emposan tikus elektrik! Alat pengembus asap (warga setempat menyebutnya emposan) belerang ciptaannya biasa dipakai untuk mengusir tikus dari lubang-lubangnya, bahkan telah dipamerkan saat kunjungan pejabat ke Karawang. Terakhir, Dinas Pertanian Karawang memesannya ratusan unit, belum termasuk pesanan petani dari luar Cariumulya.
Akom merasa usahanya belum seberapa. Dia masih menyimpan energi untuk mewujudkan ide-ide yang lain. Harapannya sederhana, menginspirasi petani di desanya agar peka perubahan, dengan terus belajar dan bergerak maju.

AKOM KARTIM

• Lahir: Karawang, 10 Mei 1964
• Pendidikan:
 - SD Cariumulya (1976)
 - SMP PGRI Telagasari (1979)
- SMA PGRI Karawang (1982)

• Istri: Iyat Nurhayati (35)
 • Anak: Nur Aini (19), Muhidin (11)
• Prestasi: Petani Teladan Tingkat Nasional 2009

 Sumber : Mukhamad Kurniawan
 http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/03/03/05094970/akom.inspirasi.petani.otodidak
Rabu, 3 Maret 2010 | 05:09 WIB




27 Maret 2010

PEMBIBITAN BUAH NAGA







Sebelum kegiatan penanaman buah naga dilakukan, bibit harus disediakan terlebih dahulu.
Langkah awal dalam menyediakan bibit adalah pemilihan bibit. Pemilihan bibit ini merupakan faktor yang sangat penting dan cukupmenentukan dalam keberhasilan budidaya tanaman buah naga. Dalam pemilihan bibit, selain memilih jenis atau varietas tertentu, juga memilih kualitas bibit itu sendiri. Untuk lebih memastikan jenis atau varietas serta kualitas bibit yang akan ditanam, sebaiknya dicari dari pembibit yang kredibel dan ahli di bidang pembibitan tanaman buah naga.


Pembibit yang kredibel dan benar – benar ahli di bidangnya biasanya melakukan pemibitan sendiri dari tanaman induk yang benar -benar terjaga keaslian dan kualitasnya. Harganya memang lebih mahal bila dibandingkan dengan bibit yang tak jelas asal usulnya. Tetapi pengaruh dan manfaatnya sangat besar pada proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman, termasuk proses pembuahannya. Hal ini cukup penting menentukan keberhasilan budidaya tanaman buah naga.

Bibit dapat diperbanyak dengan cara : Stek dan Biji




Umumnya ditanam dengan stek dibutuhkan bahan batang tanaman dengan panjang 25 – 30 cm yang ditanam dalam polybag dengan media tanam berupa campuran tanah, pasir clan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Setelah bibit berumur 3 bulan bibit siap dipindah/ditanam di lahan




Bibit tanaman buah naga yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Keadaan tanaman subur,sehat dan segar.
2. Batang nampak kokoh, bebas hama dan penyakit yang ditandai dengan kulitbatang yang mulus tidak ada cacat bekas serangan hama dan penyakit, atau luka
3. Batang berwarna hijau tua serta ujungnya utuh dan lancip.



Memangkas cabang untuk keperluan stek bibit

Pembibitan buah naga dengan stek





Bibit buah naga asal biji

Bibit buah naga yang akan ditanam, jika didapat dari lokasi yang jauh dan berbeda kondisi agroklimatnya, tidak boleh langsung ditanam. Bibit seperti ini perlu dirawat terlebih dahulu untuk menyesuaikan dengan kondisi yang baru dan untuk menghindarkan dari stres. Bibit yang demikian harus ditampatkan di areal penanaman paling tidak selama satu sampai dua bulan untuk bradaptasi dengan lingkungan yang baru. Perawatan pemupukan perlu dilakukan selama dalam perlakuan tersebut. Pupuk yang digunakan bisa menggunakan pupuk daun dengan kadar N yang tinggi.




Untuk Pelatihan Budidaya Buah Naga, dari persiapan lahan, pembibitan, penanaman dan pasca panen ?
 Hubungi kami :
Balai Pelatihan Pertanian Jambi
Jl. Jambi - Palembang, KM. 16
Pondok Meja, Mestong, Muaro Jambi
Jambi. 
Telp/fax :0741-24088
Anda akan dilatih oleh Widyaiswara para instruktur dan Trainer yang sudah sangat terlatih dan berpengalaman ...



















24 Maret 2010

Mengapa Padi Hibrida Tidak Sesukses Jagung Hibrida ?

Pada waktu hibrida jagung diperkenalkan di Indonesia awal tahun 1984, mula-mula petani agak skeptis mendengar harga benihnya yang lima kali lipat harga benih jagung varietas Arjuna. Namun setelah mereka melihat hasil panennya mencapai 50% hingga 75% di atas hasil varietas Arjuna, petani mulai tertarik untuk membeli benih jagung hibrida dan mencoba menanamnya. Sekarang, setelah sekitar 20 tahun sejak hibrida jagung dikenalkan kepada petani, di sentra produksi jagung, lebih dari 50% petaninya menanam jagung hibrida. Dari penanaman jagung hibrida tersebut, petani dapat menghasilkan 7-9 ton/ha pipilan kering, sedangkan varietas unggul non hibrida hanya menghasilkan 4-5 ton/ha.


Hibrida padi dikembangkan oleh peneliti pemulia tanaman, mengikuti sukses teknologi hibrida pada tanaman jagung. Adalah China yang sejak tahun akhir 1980-an telah berhasil menanam padi hibrida seluas 15 juta ha. Indonesia mulai merintis program penelitian padi hibrida sejak akhir tahun 1985-an, namun program pengembangan varietas unggul non hibrida masih tetap berjalan terus. Hingga kini telah tersedia 17 varietas hibrida padi yang telah dilepas di Indonesia, empat di antaranya hasil penelitian Puslitbang Tanaman Pangan, dan tigabelas lainnya hasil dari penelitian perusahaan benih swasta. Namun di tengah gencar-gencarnya upaya swasembada beras nasional, ternyata respon petani terhadap padi hibrida masih agak pasif. Mengapa respon petani tidak seantusias seperti terhadap hibrida jagung?


Teori Heterosis pada Hibrida

Teknologi hibrida memanfaatkan fenomena aksi gen yang disebut heterosis, yaitu gejala pertumbuhan dan kapasitas produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan non hibrida, yang diakibatkan oleh adanya gen-gen heterozigot ini diketahui pertama kali tahun 1920 pada tanaman jagung di Amerika Serikat. Kebalikan dari heterosis adalah gejala depresi inbreding, yaitu pertumbuhan yang mengerdil, lemah, dan hasil yang sangat rendah, sebagai akibat gen-gen yang homozigot pada tanaman.

Gejala heterosis dan depresi inbreding ini secara nyata terjadi pada tanaman menyerbuk silang (seperti pada jagung), dan kurang nyata terjadi pada tanaman yang cara penyerbukannya tetutup atau ”menyerbuk sendiri” seperti pada padi atau kacang- kacangan. Dari bukti empiris menunjukkan bahwa tanaman menyerbuk silang ”menderita” depresi inbreding bila diserbukkan secara sendiri, tetapi akan memperoleh heterosis yang tinggi. Sebaliknya pada tanaman menyerbuk sendiri, inbreding tidak mengakibatkan ”depresi” atau kemunduran pertumbuhan; tetapi pembentukan hibrida tidak mengakibatkan heterosis yang sangat nyata. Atas bukti empiris tersebut maka untuk tanaman jagung mulai tahun 1920-an telah dibuat varietas hibrida, dan kini benih yang ditanam petani di negara maju hampir 100% adalah varietas hibrida. Petani Indonesia baru mulai mengadopsi penanaman hibrida jagung pada tahun 1985, dan setelah berjalan 20 tahun baru sekitar 25% dari seluruh areal panen ditanami jagung hibrida.


Evolusi Adaptasi Genetik

Tanaman menyerbuk sendiri seperti padi, karena tidak mendapatkan gen-gen baru dari tanaman lain, memiliki susunan gen-gen yang homozigot, yaitu pasangan gen terdiri dari gen-gen yang sama, untuk semua lokus gen. Kondisi homozigot untuk seluruh lokus gen ini telah terjadi sejak beribu-beribu tahun yang lalu, sehingga tanaman menyerbuk sendiri (seperti padi) mengalami ”adaptasi-genetik”, dapat tumbuh normal dalam kondisi homozigot. Apabila di alam terjadi persilangan antar tanaman, maka keturunannya akan menjadi homozigot kembali setelah delapan generasi. Jadi, alam tidak memberikan kesempatan tanaman heterozigot untuk berkembang biak bagi tanaman menyerbuk sendiri. Dalam proses evolusi sepanjang masa, tanaman homozigot yang lemah akan terdesak atau mati, dan yang dapat tetap hidup adalah individu tanaman homozigot yang kuat atau unggul. Dari proses evolusi inilah muncul varietas unggul lokal tanaman padi, kedelai, kacang tanah, kacang hijau dan tanaman menyerbuk sendiri lainnya.

Pemuliaan tanaman padi pada dasarnya menirukan proses evolusi alamiah tersebut, yakni menyilangkan dua atau lebih tetua, membiarkan keturunannya selama enam-delapan generasi agar menjadi homozigot, dan memilih individu tanaman homozigot yang terbaik, untuk diperbanyak benihnya menjadi varietas unggul. Karena susunan gen-gennya yang homozigot, keturunan varietas unggul tanaman menyerbuk sendiri tidak berubah dan tidak bersegregasi, serta tidak mengalami kemunduran genetik, seperti halnya varietas hibrida. Dari uraian tersebut kita ketahui bahwa sebenarnya penanaman varietas hibrida tanaman menyerbuk sendiri (seperti padi, kedelai) adalah tidak sesuai dengan evolusi adaptasi alamiah. Hal ini pulalah nampaknya yang mengakibatkan hibrida padi tidak menunjukkan heterosis yang tinggi, melebihi produktivitas varietas murni non hibrida, seperti varietas Ciherang, IR-64, Membrano, dsbnya. Namun hal ini bukan berarti potensi hasil hibrida padi lebih rendah dibandingkan varietas-varietas murni homozigot tersebut.


Daya Hasil Padi Varietas Hibrida

Di sentra produksi padi Sumatera padi hibrida hanya menghasilkan 5-6,5 ton/ha berdasarkan konversi hasil plot, dan setelah dikoreksi 20% produktivitasnya hanya 4-5 ton/ha gabah kering. Daya hasil hibrida tersebut hanya setara dengan daya hasil varietas murni biasa. Uji daya hasil padi hibrida di sentra produksi padi di Jawa menunjukkan produktivitas yang lebih tinggi, antara 6 hingga 11 ton/ha gabah kering berdasarkan data plot 10 m. Setelah dikoreksi 20% daya hasil padi hibrida menjadi 4,8 hingga 8,9 ton/ha, atau rata-rata 6,6 ton/ha. Daya hasil padi hibrida di Jawa itu pun tidak sangat spektakuler, karena padi varietas murni pun pada kondisi optimal dapat menghasilkan 7-8 ton/ha.

Selain daya hasilnya yang tidak spektakuler sangat tinggi, padi hibrida yang tersedia juga masih memiliki beberapa kelemahan, seperti rasa nasinya yang kurang enak, peka terhadap hama wereng coklat dan penyakit hawar daun (kresek). Untuk mendapatkan produksi yang maksimal, padi hibrida harus ditanam pada tanah yang subur, hara tanah cukup tersedia, dosis pupuk optimal, pengairannya cukup, OPTnya dikendalikan, dan pengelolaan tanaman secara keseluruhan dilakukan dengan baik.


Uraian ini bukan dimaksudkan untuk menghambat penanaman padi varietas hibrida, tetapi agar masyarakat pertanian mengetahui perbedaan kemampuan, daya hasil padi hibrida dengan jagung hibrida. Masyarakat dan pembina pertanian hendaknya juga menjadi lebih paham tentang hibrida padi, sehingga tidak mempunyai harapan yang berlebihan (over-expectation) dalam hal produktivitas padi hibrida. Di bawah ini diberikan saran dan pedoman untuk mempertimbangkan penanaman padi hibrida:


1. Jangan membeli sembarang benih padi hibrida. Tidak setiap padi hibrida hasilnya lebih baik dibandingkan varietas unggul murni (non-hibrida).
2. Benih padi hibrida yang boleh dijual hanyalah yang varietasnya telah dilepas oleh Menteri Pertanian. Kalau ada keraguan, tanyakan ke BPSB (Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih) setempat, atau BPTP setempat.
3. Tanyakan apakah varietas hibrida yang akan anda beli/akan ditanam sesuai dengan kondisi agroklimat dan kesuburan tanah anda. Mintakan informasinya ke BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) setempat.
4. Pastikan bahwa pupuk tersedia tepat waktu dan dosis pemupukan optimal/berimbang telah diketahui.
5. Pastikan bahwa air pengairan tersedia cukup dan hama-penyakit-gulma dikendalikan secara optimal.
6. Harap dimaklumi bahwa harga benih padi hibrida sangat mahal dibanding harga benih padi varietas unggul biasa. Oleh karena itu penggunaan benih harus hemat dan efisien, biasanya cukup dengan 15-17 kg benih per ha.

Penanaman padi hibrida (yang unggul) adalah pemanfaatan teknologi yang dapat dinilai aman lingkungan dan tidak menimbulkan polemik pro-kontra seperti pada tanaman transgenik. Untuk penerapannya di lapangan, diserahkan kepada petani, dengan mempertimbangkan tingkat hasil berapa ton yang diinginkan dan seberapa kemampuan petani menyediakan biaya sarana produksi benih dan pupuk.


Permit appearing & posting by : Bayu Nugroho
Sources : Jurnal Manajemen Biologis, sciencedirect.com dan Adaptasi Sumarno, Puslitbangtan, Bogor.

17 Maret 2010

an inspiring........

INDONESIA doesn't need the world, but the world need INDONESIA


Suatu pagi di bandar lampung, menjemput seseorang di bandara. Orang itu sudah tua, kisaran 60 tahun. Sebut saja si bapak.

Si bapak adalah pengusaha asal singapura, dengan logat bicara gaya
melayu, english, (atau singlish?) beliau menceritakan pengalaman-pengalaman hidupnya kepada kami yang masih muda. Mulai dari pengalaman bisnis, spiritual, keluarga, bahkan percintaan hehehe...

"Your country is so rich!"

Ah biasa banget kan denger kata2 begitu. Tapi tunggu dulu..

" Indonesia doesnt need d world, but d world need Indonesia " "Everything can be found here in Indonesia , u dont need d world"
"Mudah saja, Indonesia paru-paru dunia. Tebang saja hutan di Kalimantan , dunia pasti kiamat. Dunia yang butuh Indonesia !"

" Singapore is nothing, we can't be rich without indonesia... 500.000 orang indonesia berlibur ke singapura setiap bulan. bisa terbayang uang yang
masuk ke kami? apartemen-apartemen dan condo terbaru kami yang membeli pun orang-orang Indonesia, gak peduli harga yang selangit, laku keras. Lihatlah rumah sakit kami, orang Indonesia semua yang berobat."

"Kalian tahu bagaimana kalapnya pemerintah kami ketika asap hutan Indonesia masuk? ya benar-benar panik. sangat berasa, we are nothing."

"Kalian gak tau kan kalo Agustus kemarin dunia krisis beras, termasuk di Singapura dan Malaysia ? kalian di Indonesia dengan mudah dapat beras"

"Lihatlah negara kalian, air bersih dimana-mana... lihatlah negara kami, air bersih pun kami beli dari Malaysia. Saya pernah ke Kalimantan, bahkan pasirpun mengandung permata. Terlihat glitter kalo ada matahari bersinar. Petani disana menjual Rp.3000/kg ke sebuah pabrik China. Dan si pabrik menjualnya kembali seharga Rp.30.000/kg. Saya melihatnya sendiri"

"Kalian sadar tidak kalo negara-negara lain selalu takut meng-embargo Indonesia ?

Ya, karena negara kalian memiliki segalanya. Mereka takut kalo kalian menjadi mandiri, makanya tidak di embargo. harusnya KALIANLAH YANG MENG-EMBARGO DIRI KALIAN SENDIRI. Beli lah dari petani-petani kita sendiri, belilah tekstil garmen dari pabrik-pabrik sendiri. Tak perlu kalian impor kalo bisa produksi sendiri."

"Jika kalian bisa mandiri, bisa MENG-EMBARGO DIRI SENDIRI, Indonesia will rules the world.."


(Ceritera dari seorang kawan, sayang kalau tidak untuk diceritakan...an inspiring from zainuri hanif and tanggungrenteng'09)

16 Maret 2010

BUDI DAYA KEDELAI





*Oleh : Khasril Atrisiandy, SP


A. Latar Belakang
Kedelai adalah salah satu komoditi pangan utama setelah padi dan jagung. Kedelai merupakan bahan pangan sumber protein nabati utama bagi masyarakat.

BUDI DAYA BUAH NAGA






BUDI DAYA BUAH NAGA
SEKILAS TENTANG BUAH NAGA
Sebagian kalangan menyebutnya buah ini dengan nama Buah Dewa.
Hingga saat ini di butuhkan akan buah Naga Indonesia cukup besar dan bukan hanya pasar lokal saja yang ingin mencicipi kedahsyatan buah yang satu ini. Peluang Ekspor juga tidak kalah besarnya, Namun kebutuhan yang besar tersebut belum mampu di penuhi oleh produksi dalam negri asalny (Taiwan)

Apalagi kondisi dalam negri Indonesia cukup sulit memenuhi peluang Pasar ini, Karena hal-hal yang berhubungan dengan iklim investasi yang cenderung lesu. Tetapi melihat segi potensi Wialyah lahan pertanian yang luas dan subur,Sangat besar kemungkinannya untuk mengembangkan tanaman jenis ini.

Tingginya permintaan buah naga ini di sebabkan oleh promosi yang menyebutnya sebagai buah meja (Sangat Menarik dan Menggiurkan bila di sajikan di meja makan) Berkhasiat mujarab untuk berbagai penyakit dan bermanfaat sebagai bahan baku di bidang industri pengolahan Makanan, Minuman, Kosmetik serta produk kesehatan.

Berpedoman kepada kondisi petani yang sebagian besar kurang mampu berinvestasi di bidang ini (Mahalnya bibit dan perlengkapan yang harus di sediakan). Merupakan salah satu motivasi bagi pemilik modal untuk bekerja sama dengan kelompok Tani dalam pembudidayaan Komoditas ini. Keadan lain yang mendukung adalh tersedianya lahan yang potensial dan tenaga ahli dalam pembudidayaan jenis Tanaman ini.
CIRI BUAH NAGA
Buah naga (Dragon Fruit atau Hylocereus Undatus) masih termasuk komoditi langka di indonesia. Buah yang beasal dari Taiwan ini memiliki bentuk yang sangat unik dan cukup memikat untuk di lihat. Bentuk fisiknya mirip dengan buah nanas hanya saja buah ini memiliki sulur /jumbai di sekujur kulitnya dan buah ini berwarna merah jambu (Pink) dengan daging buah berbagai jenis antara lain berwarna Putih, Kuning dan Merah dengan biji kecil berwarna hitam yang sangat lembut dan lunak. Rasa buah tergantung jenis warna daging buah itu, Bila warna merah cenderung manis dan legit dengan perpaduan rasa yang sangat khas. Warna putih rasanya manisdan segar sedangkan kuning perpaduan antara ke dua warna di atas. Bentuk tanaman hampir mirip dengan pohon kaktus berupa sulur-sulur yang memanjang seperti lidah naga yang menjulur. Berat rata-rata + 600 s.d 800 Gram.
KHASIAT BUAH NAGA
• Penyeimbang kadar gula darah.
• Membersihkan darah
• Menguatkan ginajal
• Menyehatkan lever
• Perawatan kecantikan
• Menguatkan daya kerja otak
• Meningkatkan ketajaman Mata
• Mengurangi keluhan panas dalam dan sariawan
• Mensatbilkan Tekanan Darah
• Mengurangi Keluhan Keputihan
• Mengurangi Kolesterol dan mencegah Kanker usus
• Mencegah Sembelit dan Memperlancar
TEKNIS BUDI DAYA
1. Persyaratan tanam:
Tidak berpengaruh terhadap kualitas tanah, Jenis apa saja dapat di lakukan penanaman. Membutuhkan penyinaran penuh. Daerah tropis cocok untuk Tanaman ini.
2. Penanaman
sebaiknya di gunakan parit untuk saluran drainase di areal kebun.Dan gunakan ajir/tiang penyangga tanaman kaktus berukuran 10cm x 10cm x 150cm.Tiang penyangga ini biasa terbuat dari kayu atau beton yang di tancapkan ke tanah sedalam 50cm dengan jarak tanam 2,5 x 2m.
3. Jarak tanam
bibit yang baik adalah 2,5 x 2 meter dan tiap tiang penyangga di tanami 4 bibit tanaman,Jadi untuk 1Ha membutuhkan 2000 tiang penyangga dan 8000 bibit tanaman buah naga.
4. Pemeliharaan tanaman meliputi,Perawatan sulur tanaman agar terhindar dari luka,pengecekan rutin kondisi keasamn tanah,dll.

5. Panen
tanaman akan berbunga pada umur 1,5-2 tahun dan dapat di panen saat mencapai umur 30 hari setelah bunga mekar.Tanaman buah naga akan berbuah terus menerus hingga + 10 tahun.

Sumber :http://tcplanet.blogspot.com



TAMBAHAN INFORMASI
PENDAHULUAN
Buah Naga telah lama dikenal oleh rakyat Tionghoa kuno sebagai buah yang membawa berkah. karena biasanya buah naga diletakkan diantara patung naga di altar. Oleh karena itu orang Vietnam menyebut buah naga atau dalam bahasa Vietnam disebut dengan nama Thang Loy di Thailand diberi nama Keaw Mang Kheon, dalam istiiah Inggris diberi nama DRAGON FRUIT clan di Indonesia dikenal dengan nama BUM NAGA

Sebenarnya tanaman ini bukan tanaman asil daratan Asia, tetapi merupakan tanaman ask Meksiko clan Amerika Selatan bagian utara ( Colombia ). Pada awainya buah naga ini dibawa kekawasan Indocina ( Vietnam ) oleh seorang Perancis sekitar tahun 1870. dari Guyama Amerika Selatan sebagai hiasan sebab sosoknya yang unik dan bunganya yang cantik dan berwarna putih. Baru sekitar tahun 1980 setelah dibawa ke Okinawa Jepang tanaman ini mendunia karena sangat menguntungkan. Pada tahun 1977 buah ini dibawa ke Indonesia clan berhasil disemaikan kemudian dibudidayakan.

Buah naga kaya akan vitamin dan mineral dengan kandungan serat cukup banyak sehingga cocok untuk diet.
Beberapa khasiat dari DRAGON FRUIT adalah : 1. Penyeimbang kadar gula 2. Pencegah Kolesterol tinggi
3. Pencegah kanker usus


1. Persyaratan Tumbuh
Tanam
Ditanam di dataran rendah, pada ketinggian 20 – 500 m diatas permukaan iaut
Kondisi tanah yang gembur, porous, banyak mengandung bahan organik clan banyak mengandung unsur hara, pH tanah 5 – 7
Air cukup tersedia, karena tanaman ini peka terhadap kekeringan dan akan membusuk bila kelebihan air Membutuhkan penyinaran cahaya matahari penuh, untuk mempercepat proses pembungaan
2. Persiapan Lahan
Persiapkan tiang penopang untuk tegakan tanaman, karena tanaman ini tidak mempunyai batang primer yang kokoh. Dapat menggunakan tiang dari kayu atau beton dengan ukuran 10 cm x 10 cm dengan tinggi 2 meter, yang ditancapikan ke tanah sedalam 50 cm. Ujung bagian atas dari tiang penyangga diberi besi yang berbentulk lingkaran untulk penopang dari cabang tanaman.
Sebulan sebeium tanam, terlebi dahulu dibuatkan Wbang tanan dengan ukuran 40 x 40 x 40 cm dengan jarak tanam 2 m x 2,5 m, sehingga dalam 1 hektar terdapat sekitar 2000 lubang
tanam penyangga Setiap tiang/pohon penyangga itu dibuat 3 – 4 Lubang tanarn dengan jarak sekitar 30 cm dari tian penyangga. Lubang tanam tersebut kemudian diberi pupuk kandang yang masak sebanyak 5 – 10 kg dicampur dengan tanah


3. Persiapan bibit dapat diperbanyak dengan cara :
Stek dan Biji
Umumnya ditanam dengan stek dibutuhkan bahan batang tanaman dengan panjang 25 – 30 cm yang ditanam dalam polybag dengan media tanam berupa campuran tanah, pasir clan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 : 1.
Setelah bibit berumur ? 3 bulan bibit siap dipindah/ditanam di lahan
4. Pemeliharaan Pengairan
Pada tahap awal perturnbuhan pengairan dilakukan 1 – 2 hari sekali. pemberian air berlebihan akan menyebabkan terjadinya pembusukan
Pemupukan
Pernupukan tanaman diberikan pupuk kandang, dengan interval pemberian 3 bulan sekali, sebanyak 5 – 10 Kg Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Sementara belum ditemukan adanya serangan hama clan penyakit yang potensial. Pembersilhan lahan atau pengendalian gulma dilakukan agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman
Pemangkasan Batang utama ( primer ) dipangkas, setelah tinggi mencapai tiang penyangga ( sekitar 2 m ), clan ditumbuhkan 2 cabang sekunder, kemudian dari masing-masing cabang sekunder dipangkas lagi clan ditumbuhkan 2cabang tersier yang berfungsi sebagai cabang produksi.



5. Panen
Setelah tanaman umur 1,5 – 2 tahun, mulai berbunga dan berbuah. Pemanenan pada tanaman buah naga dilakukan pada buah yang memiliki ciri – ciri warna kulit merah mengkilap, jumbai / sisik berubah warna dari hijau menjadi kernerahan. Pemanenan dilakulkan dengan menggunakan gunting, buah dapat dipanen saat buah mencapai umur 50 hari terhitung sejak bunga mekar
Dalam 2 tahun pertama. setiap tiang penyangga mampu menghasilkan buah 8 s / d 10 buah naga dengan bobot sekitar antara 400 – 650 gram.
Musim panen terbesar buah naga terjadi pada bulan September hingga Maret
Umur produktif tanaman buah naga ini berkisar antara 15 – 20 tahun.