16 Maret 2010
BUDI DAYA KEDELAI
*Oleh : Khasril Atrisiandy, SP
A. Latar Belakang
Kedelai adalah salah satu komoditi pangan utama setelah padi dan jagung. Kedelai merupakan bahan pangan sumber protein nabati utama bagi masyarakat.
Kebutuhan kedelai dari tahun ke tahun terus meningkat. Perkembangan produksi kedelai tahun 1992 merupakan puncak produksi kedelai mencapai 1,8 juta ton. Sejak tahun 1993 terus menurun, tahun 2003 tinggal 671.600 ton disebabkan gairah petani menanam kedelai turun dipicu masuknya kedelai impor harga dengan murah.
Adanya kemudahan impor kedelai, bea masuk impor/tariff nol persen (0 %), Tahun 2004 s/d 2006 produksi mulai meningkat namun sangat lambat sebesar 723.483 ton (2004), 808.353 ton (2005) dan 746.611 ton (2006). Tahun 2007 turun kembali 20 % dari 2006 menjadi 608.000 ton. (Press Release Mentan Pada Panen Kedelai[05-Feb-2008]http://ditjentan.deptan.go.id, Last Updated ( Monday, 04 February 2008) .
Sebelum tahun 1990 impor kedelai hanya dibawah 500.000 ton dengan nilai rata-rata per tahun sebesar US$ 128 juta. Impor kedelai meningkat tajam dari tahun ke tahun pada tahun 2000 mencapai 1,3 juta ton dengan nilai US$ 300 juta. Impor kedelai dari tahun 2000 – 2005 rata-rata 1,1 juta ton dengan nilai US$ 358 juta atau setara Rp. 3,58 triliun ( 1 US$ = Rp. 10.000,-). (Press Release Mentan Pada Panen Kedelai[05-Feb-2008]http://ditjentan.deptan.go.id, Last Updated ( Monday, 04 February 2008) .
Produktivitas rata-rata kedelai nasional masih rendah, tahun 2007 mencapai 13,07 ku/ha atau 1,3 ton/ha. Potensi hasil ditingkat penelitian dan percobaan mencapai 2 ton atau lebih. Senjang hasil masih tinggi antar ditingkat petani dan penelitian (Press Release Mentan Pada Panen Kedelai[05-Feb-2008]http://ditjentan.deptan.go.id, Last Updated ( Monday, 04 February 2008) .
Peningkatan produksi kedelai dapat ditempuh melalui (i) perbaikan tingkat produktivitas tanaman, dan (ii) perluasan areal tanam/panen. Peluang peningkatan produktivitas nasional masih terbuka, mengingat senjang hasil sangat lebar antara di lapang dengan hasil penelitian. Saat ini, produktivitas rata-rata nasional sekitar 1,3 ton/ha (variasi di tingkat petani 0,6–2,0 ton/ha), sedangkan rata-rata hasil penelitian mencapai 2,0 ton/ha (dengan kisaran 1,7–3,2 ton/ha bergantung pada kondisi lahan dan tingkat penerapan teknologi). Sasaran pengembangan KEDELAI melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), pada tahun 2007 ditargetkan seluas 100.000 ha di 20 propinsi pada 60 kabupaten sentra produksi KEDELAI (Ditjentan 2007). Di antaranya Propinsi Jambi menjadi target sasaran seluas 2.400 ha, dan seluas 1.100 ha merupakan lahan pasang surut yang berlokasi di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. (www.puslittan.bogor.net)
Peningkatan produksi kedelai di Indonesia diusahakan melalui dua cara sekaligus, yakni perluasan areal tanam dan peningkatan hasil per satuan luas. Dewasa ini perluasan areal pertanaman kedelai diarahkan ke tanah-tanah mineral masam yang relatif tidak subur karena semakin sempitnya lahan pertanian yang subur. Permasalahan yang sering muncul pada pertanaman kedelai di tanah masam adalah kegagalan membentuk bintil akar (Lie, 1969). yang merupakan organ untuk menambat nitrogen udara. Hal ini sering menjadikan kebutuhan nitrogen tanaman tidak tercukupi sehingga berakihat rendahnya hasil tanaman. Di samping itu kemasaman tanah sering diikuti oleh kekahatan unsur-unsur hara seperti Ca, Mg, K, P, Cu, Mo dan B serta keracunan Al, Fe dan Mn (Notohadiprawiro, 1983).
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) telah melakukan survei pada tahun 2007 di Kecamatan Rantau Rasau dan Berbak, Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Hasil survei menunjukkan bahwa produktivitas KEDELAI di lahan pasang surut masih tergolong rendah, berkisar antara 0,7 – 1,3 ton/ha. Rendahnya produktivitas KEDELAI di lahan pasang surut di Jambi disebabkan oleh banyak hal, antara lain kesuburan tanah rendah, pengaturan tata air, penggunaan benih, pengendalian hama-penyakit, dan pemupukan. Berdasarkan hasil analisis tanah dari lahan pasang surut Bandar Jaya, Rantau Rasau, Kabupaten Tanjung Jabung menunjukkan bahwa secara umum tingkat kesuburan tanah rendah : pH tanah 4,6 -4,9, kandungan bahan organik 2,9 – 5,8% (rendah-sedang), kandungan Kalium (K) 0,06 – 0,15 me/100g (sangat rendah), kandungan fosfor (P) 4,3 – 41,4 ppm, dan Calsium (Ca) 1,2-3,7 me/100 g (rendah). (www.puslittan.bogor.net)
Pembangunan nasional masih memprioritaskan sektor pertanian sebagai dasar dari pembangunan ekonomi. Pengembangan sektor pertanian khususnya pertanian tanaman pangan pernah mencapai hasil yang mengesankan melalui pengadaan kebutuhan pangan nasional. Namun, semenjak krisis ekonomi tahun 1997 sampai sekarang, kebutuhan pangan menjadi masalah serius yang dihadapi oleh masyarakat, dan menyebabkan pemerintah melakukan tindakan kontrofersi untuk mengimpor berbagai produk pangan seperti beras, kedelai dan kacang tanah. Sebagai gambaran, kebutuhan kedelai dalam negeri setiap tahun ± 2 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri baru mencapai 800 ribu ton (± 40%), dan impor kedelai 1,2 juta ton (± 60%) atau kehilangan devisa Rp 3 triliun/tahun
Kedelai merupakan salah satu tanaman utama pangan setelah padi yang merupakan target pemerintah untuk dipercepat pencapaian swasembada (Arahan Presiden di Merauke Juni 2006). Namun, kenyataan sampai sekarang peningkatan produksi kedelai belum bisa dilakukan secara maksimal. Tahun 1992 luas panen kedelai pernah mencapai 1,6 juta ha dengan produksi 1,8 juta ton. Tahun 2003 luas panen kedelai hanya 526.796 ha dengan produksi 671.600 ton. Sejak tahun 2004 luas panen kedelai mulai bangkit kembali namun lambat. Sehingga dapat dikatakan bahwa peningkatan produksi kedelai di Indonesia sangat sulit dilakukan.
Suplai kedelai, kacang tanah dan kacang hijau untuk kebutuhan dalam negeri masih sangat kurang. Diawal tahun ini, kekurangan pasokan kedelai untuk industri tempe, tahu dan kecap telah mengganggu stabilitas nasional. Sangat ironis, bahwa tempe dan tahu yang merupakan menu utama makanan menjadi sulit diproduksi karena kelangkaan kedelai. (Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008 Makalah Penunjang 186 ).
A. Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai
1. Tanah
Tanaman Kedele dapat tumbuh pada berbagai Jenis tanah dengan syarat Drainase dan aerasi tanah cukup baik serta ketersediaan air yang cukup selama masa pertumbuhan.
Kedele dapat tumbuh pada jenis tanah :
• Alluvial, regosol grumosol, latosol dan andosol
• Podsolik Merah Kuning, dan tanah yang mengandung pasir kwarsa, perlu diberi pupuk organik, Fosfat dan pengapuran.
2. Iklim
• Curah Hujan :optimal 100 -200 ml/bulan hujan merata
• Temperatur : antara 25 – 27 derajat celcius, dengan penyinaran penuh (min. 10 jam/hari)
• Kelembaban suhu : Rata-rata 50%
• Tinggi dari permukaan laut : 0 – 900 meter optimal 650 mdpl
3. Air
• Masa vegetatif (pertumbuhan) : curah hujan cukup
• Masa generatif (Pembungaan) : curah hujan yang kurang saat pembungaan dan pematangan biji sangat berpengarruh terhadap peningkatan hasil kedele.
B. Teknis Budidaya
a. Persiapan Lahan
Pembersihan Gulma,Tanah diolah dangkal dan gulma dibenamkan. Pengolahan lahan dimulai sebelum jatuhnya hujan. Tanah diolah dengan bajak dan garu/cangkul hingga gembur. Lebar Bedengan : 1 meter . Untuk pengaturan air hujan perlu dibuat saluran drainase pada setiap dan di sekeliling petakan sedalam 30 cm dan lebar 50 cm. Kedele sangat terganggu pertumbuhannya bila air tergenang.
b. Pemberian Pupuk Kandang
Pemberian pupuk kandang saat pengolahan Tanah sangat disarankan, karena dapat memperbaiki kondisi tanah selain dapat mengurangi pengunaan pupuk buatan. Dosis Penggunaan Pupuk Kandang untuk tanah yang kurus ± 5 ton/Ha.
c. Pemberian Dolomit
Tanaman kedelai menginginkan pH netral berkisar 5 – 6. sehingga perlu pengapuran pada tanah yang masam. Pemberian Dolomit dengan Dosis 2.000 kg/Ha( 200 gr/m²) diharapkan mampu menciptakan pH tanah yang optimal.
d. Pemberian Trichoderma sp
Pemberian Trichoderma dilakukan bersamaan dengan pupuk kandang dan dolomit. Trichoderma berfungsi sebagai dekomposer, mempercepat pelapukan bahan-bahan organik baik pada kompos ataupun bahan organik dalam tanah sehingga dapat segera diserap oleh tanaman,dan sebagai tindakan preventif untuk mencegah serangan penyakit tanaman.Dosis Trichoderma : 400gr/Ha.
e. Persiapan Benih
Benih yang digunakan Varietas : ANJASMORO. Saat ini banyak jenis varietas kedelai unggul hasil pemuliaan yang dilepas untuk dikembangkan. Diantara varietas unggul baru tersebut adalah Argomulyo, Burangrang, Kaba, Anjasmoro, dan Panderman. Varietas kedelai yang unggul untuk suatu daerah belum tentu menunjukan keunggulan yang sama di daerah lain, karena faktor perbedaan iklim, topografi, dan cara tanam, sebagaimana kita tahu bahwa di Indonesia agroekologinya sangat beragam. Maka untuk mengetahui keunggulan dan adaptasi varietas baru terhadap lingkungan, serta mendapatkan informasi varietas yang produktivitasnya tinggi, dan sebagai bahan rekomendasi varietas spesifik lokasi. Kebutuhan Benih : 40 kg/Ha.
f. Penanaman
Benih ditugal 3 biji perlubang dengan jarak tanam 30 X 30 cm. Sebelum ditanam dilakukan seed treatment (perlakuan benih), dilakukan inokulasi dengan tanah yang bekas ditanami kedelai.
g. Pemeliharaan
1. Pemupukan
Dosis pupuk yang akan digunakan Urea 50 kg/ha, SP-18 75 kg/ha dan KCl 50 kg/ha. Pupuk diberikan 2 kali dalam satu musim
Pemupukan I (pertama) :Pupuk diberikan sebelum tanam dengan cara menaburkan pupuk pada garis tanam kemudian pupuk dicampur dengan tanah secara merata, dosis pupuk I (pertama) yang diberikan 2/3 dari dosis Urea dan KCl (Urea:33 Kg/Ha ; KCl: 33 Kg/Ha), sedangkan Pupuk SP-18 diberikan seluruhnya pada pemupukan dasar.
Pemupukan II (Kedua) : Pupuk diberikan pada saat tanaman berumur 20– 30 HST,menjelang tanaman kedele berbunga dengan cara ditabur mengelilingi tanaman dengan jarak ± 10 cm dari batang. Dosis pupuk yang diberikan 1/3 dari dosis Urea dan KCl (Urea: 17 Kg/Ha ; KCl: 17 Kg/Ha).
2. Penyiangan gulma
Selain menurunkan hasil,keberadaan gulma dapat menjadi tanaman inang bagi hama dan penyakit oleh karena itu perlu dilakukan penyiangan sebanyak 2-3 kali sebelum tanaman berbunga. Penyiangan terakhir sebaiknya bersamaan dengan pembubunan untuk mengurangi tanaman rebah.
3. Pengairan / Penyiraman
Tanaman sebaiknya tidak mengalami kekeringan pada fase kritis karena akan sangat menurunkan hasil. Fase kritis, yaitu saat perkecambahan,berbunga,serta pembentukan dan pengisian polong.
4. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian Hama dan Penyakit dilakukan dengan menerapkan system Pengendalian Hama Terpadu, dengan memanfaatkan tekhnologi tepat guna, menggunakan Biopestisida atau pestisida oraganik jika serangan hama masih dibawah ambang ekonomi bahan pembuatan pestisida organic ini dapat dijumpai di Balai Pelatihan Pertanian Jambi dan menggunakan pestisida anorganik jika serangan hama dan penyakit diatas ambang ekonomi.
Inventarisasi Hama dan Penyakit
A. Hama Perusak Daun
• Penggerek Pucuk stadia serangan 7 s/d 30 HST
• Penggerek Batang stadia serangan 7 s/d 30 HST
• Ulat penggulung Daun stadia serangan 7 s/d 30 HST
• Ulat Grayak stadia serangan 7 s/d 50 HST
• Ulat Jengkal stadia serangan 7 s/d 50 HST
B. Kutu Daun
• Aphis stadia serangan 30 s/d 60 HST
• Kutu Kebul stadia serangan 7 s/d 45 HST
C. Perusak Polong
• Penggerek polong stadia serangan 45 s/d 80 HST
• Penghisap polong stadia serangan 45 s/d 80 HST
D. Penyakit
• Penyakit Karat Daun stadia serangan 7 s/d 60 HST
• Virus stadia serangan 7 s/d 60 HST
• Bakteri Hawar Daun stadia serangan 7 s/d 60 HST
E. Hama Bahan Simpan stadia serangan pada saat penyimpanan hasil panen
PANEN DAN PASCA PANEN
A. Panen
Kedele harus dipanen pada tingkat kemasakan biji yang tepat. Panen terlalu awal menyebabkan banyak biji keriput, panen terlalu akhir menyebabkan kehilangan hasil karena biji rontok. Ciri-ciri tanaman kedele siap panen adalah : Daun telah menguning dan mudah rontok Polong biji mengering dan berwarna kecoklatan Panen yang benar dilakukan dengan cara menyabit batang dengan menggunakan sabit tajam dan tidak dianjurkan dengan mencabut batang bersama akar. Cara ini selain mengurangi kesuburan tanah juga tanah yang terbawa akan dapat mengotori biji.
B. Pasca Panen
1. Pengeringan Secara Alami
Kedele dijemur langsung dibawah panas matahari dipenjemuran yang berlantai atau beralas plastik hitam.plastik hitam menyerap panas sehingga diharapkan kedele dapat mempercepat proses pengeringan.
2. Pembijian
Pembijian dapat dilakukan dengan beberapa cara : Digebuk/dipukul; Diatas anjang-anjang; Menggunakan mesin(power tresher)
3. Pembersihan
Pembersihan dapat dilakukan dengan cara ditampi; Disilir; Menggunakan mesin pembersih (winower)
4. Pewadahan dan Penyimpanan
Biji kedele yang telah bersih ditempatkan dalam wadah yang bersih bebas hama penyakit,tidak bocor serta ditutup rapat. Penyimpanan Tempat penyimpanan biji kedele harus teduh, kering, dan bebas hama penyakit, kadar air harus 9-14%
*(Keterangan : Lokasi kegiatan budidaya dan photo di Balai Pelatihan Pertanian-Jambi)a
Sumber Pustaka ada pada penyusun
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar